Presiden Myanmar Thein Sein (jajaran depan ketiga dari kiri) dan Naing Han Tha (jajaran depan ketiga dari kanan), pemimpin tim Koordinasi Gencatan Senjata Nasional, bersalaman setelah penandatanganan.
Presiden Myanmar Thein Sein telah menyaksikan penandatanganan rancangan kesepakatan gencatan senjata antara pemerintah dan 16 kelompok pemberontak.
Kesepakatan yang muncul setelah tujuh putaran perundingan ini merupakan langkah penting menuju diakhirinya konflik berpuluh-puluh tahun.
Para perunding dari kelompok pemberontak bersenjata masih harus berkonsultasi dengan pemimpin mereka sebelum memberikan persetujuan akhir.
Namun pemberontak dari konflik terbaru dan paling aktif di Kokang tidak menghadiri perundingan ini.
Myanmar sudah terlibat dalam konflik bersenjata dengan berbagai kelompok pemberontak dari suku-suku yang menginginkan otonomi lebih besar sejak kemerdekaan dari Inggris tahun 1948, khususnya di negara bagian Shan dan Kachin.
Presiden sudah mendorong adanya kesepakatan damai dengan kelompok-kelompok ini. Walau sudah ada banyak yang masuk ke politik, kekerasan secara sporadis masih terus meletus.
Semua kelompok suku bersenjata yang ikut perundingan ini, kecuali dua di antaranya, sudah memiliki perjanjian gencatan senjata bilateral.
"Orang-orang ini memerlukan perdamaian, mereka ingin perdamaian dan mereka mengharapkan perdamaian," kata Thein Sein dilaporkan oleh kantor berita AFP.
Ia menambahkan bahwa kesepakatan damai penuh dapat ditandatangani dalam jangka waktu beberapa bulan. "Setelah kesepakatan itu ditandatangani, maka terbuka jalan untuk dialog politik. Tindakan ini akan memastikan pembangunan perdamaian dalam sejarah Myanmar," katanya.
from Tribunnews.com - Internasional http://ift.tt/1GIiACG
via Iklan Baris, Berita Internasional, Mancanegara
0 comments:
Post a Comment