TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Orang Indonesia belum memiliki pengetahuan tentang aplikasi praktis cetak 3D ataupun keterampilan yang diperlukan untuk mengoperasikan teknologi ini.
Bahkan di antara mereka yang mengerti teknologi ini, hanya segelintir yang melihat kebutuhan akan kemampuan cetak 3D untuk pembuatan prototipe dan pembuatan komponen-komponen rumit.
Domy Halim, Country Manager Ipsos BC Indonesia mengatakan, penelitian terbaru yang dilakukan Ipsos Business Consulting mencatat perusahaan Eropa dan Amerika Serikat paling banyak menggunakan teknologi ini.
"Sementara di Indonesia belum banyak yang menggunakan akibat kurangnya informasi yang akurat dan tenaga kerja terampil di lapangan mirip dengan situasi di Tiongkok," kata Domy di Jakarta, Selasa (26/5/2015).
Disamping itu, biaya yang relatif tinggi dan kompleksitas pengoperasian mesin cetak 3D membuat teknologi ini saat ini sulit dijangkau oleh para pengguna mainstream di Indonesia.
"Akibatnya, permintaan akan cetak 3D di Indonesia tersegmentasi ke ceruk pasar di industri kreatif, seperti penggemar berat mainan yang ingin membuat mainan plastik sendiri dan desainer-desainer avant garde yang ingin membuat prototipe-prototipe dari konsep desain mereka," katanya.
Ia menyatakan, dorongan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri kreatif dalam negeri, diyakini bahwa teknologi cetak 3D akan dapat mengembangkan potensinya di sektor ini.
Domy Halim optimistis tentang masa depan teknologi ini di bidang konstruksi dan industri kreatif. Aplikasi cetak 3D ini memiliki potensi yang luar biasa untuk Indonesia dalam waktu dekat.
Industri medis dan manufaktur berteknologi tinggi keduanya memerlukan sejumlah besar tenaga kerja berpendidikan tinggi dan spesialis, dua faktor penting ini yang Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara seperti Tiongkok dan Amerika Serikat.
"Di sisi lain, aplikasi cetak 3D dalam industri konstruksi hanya membutuhkan pembelian/sewa/lisensi dari teknologi ini sehingga transfer pengetahuan dapat dilakukan jauh lebih lancar," katanya. (Eko Sutriyanto)
This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at http://ift.tt/jcXqJW.
from Tribunnews.com http://ift.tt/1F9xgWE
via Iklan Baris, Teknologi
0 comments:
Post a Comment